Hutanku...Rusak ! Langitku... Bocor ! Udara yang aku hisap... Tercemar ! Makanan yang aku makan... Racun ! Hijau Hijauku Hijau Hijau Hijau Dunia ! ... Hijau ...

IndonesiaGreenpeace

Blog indonesiagreenpeace diciptakan untuk mendukung semua usaha-usaha yang pernah dilakukan baik perorangan ataupun organisasi di Indonesia yang peduli terhadap kelestarian wilayah nusantara. Blog ini berisi tentang pahlawan-pahlawan Lingkungan hidup yang menurut Kami sangat berjasa bagi keutuhan Pembangunan Indonesia Bersih, Berisi tentang Rangkuman Blog lainnya yang khusus diciptakan untuk keselamatan lingkungan

Blog Bagus Peduli Lingkungan

Kompas Green Section

Selasa, 05 Februari 2008

SUPAYA KITA TETAP SEHAT

1. BEKAS BOTOL AQUA

Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan memakai dan memakai
ulang botol plastik (Aqua, VIT , etc) dan menaruhnya di mobil atau di kantor.
Kebiasaan ini tidak baik, karena bahan plastic botol
(disebut juga sebagai polyethylene terephthalate or PET) yang dipakai
di botol2 ini mengandung zat2 karsinogen (atau DEHA). Botol ini aman
untuk dipakai 1-2 kali saja, jika anda ingin memakainya lebih lama,
Tidak boleh lebih dari seminggu, dan harus ditaruh ditempat yang jauh
dari matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastik
rusak dan zat karsinogen itu bisa masuk ke air yang kita minum. Lebih
baik membeli botol air yang memang untuk dipakai ber-ulang2, jangan
memakai botol plastik.

2 . PENGGEMAR SATE

Kalau Anda makan sate, jangan lupa makan timun setelahnya. Karena
ketika kita makan sate sebetulnya ikut juga karbon dari hasil pembakaran
arang yang dapat menyebabkan kanker. Untuk itu kita punya
obatnya yaitu timun yang disarankan untuk dimakan setelah makan
sate. Karena sate mempunyai zat Karsinogen (penyebab kanker) tetapi
timun ternyata punya anti Karsinogen. Jadi jangan lupa makan timun
setelah makan sate.



3. UDANG DAN VITAMIN C

Jangan makan udang setelah Anda makan Vitamin C. Karena ini akan
menyebabkan keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses
reaksi dari Udang dan Vitamin C di dalam tubuh dan berakibat
keracunan yang fatal dalam hitungan jam.

4. MI INSTAN

Untuk para penggemar mi instan, pastikan Anda punya selang waktu
paling tidak 3 (tiga) hari setelah Anda mengkonsumsi mi instan, jika
Anda akan mengkonsumsinya lagi, dari informasi kedokteran, ternyata
terdapat lilin yang melapisi mi instan. Itu sebabnya mengapa mi
instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Konsumsi mie
instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti
kanker. Seseorang, karena begitu sibuknya dalam berkarir tidak punya
waktu lagi untuk memasak, sehingga diputuskannya untuk mengkonsumsi mi
instan setiap hari . Akhirnya dia menderita kanker.
Dokternya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya lilin
dalam mi instan tersebut. Dokter tersebut mengatakan bahwa tubuh kita
memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan
lilin tersebut.

BAHAYA DIBALIK KEMASAN MAKANAN..... !!!!

PLASTIK

Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita
konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar
bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai "pelindung " makanan.
Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan.
Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memilik kemasan makanan. Kemasan pada
makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi.
Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan
yang bersentuhan langsung dengan makanan ..
Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya.
Inilah ranking teratas bahan kemasan makanan yang perlu Anda waspadai.

Kertas .

Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah)
yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung
timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam
tubuh manusia , timbal masuk melalui saluran pernapasan atau ngan kita.
pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke
berbagai jaringan lain, seperti: ginjal , hati, otak, saraf dan tulang.
Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu
pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan) . Keracunan yang
terjadipun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan
yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah-susah gampang.
Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan tempe
goreng yang dibungkus dengan Koran karena pengetahuan yang kurang dari
si penjual, padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah
berpindahnya timbale makanan tsb.

Sebagai usaha pencegahan , taruhlah makanan jajanan tersebut di atas
piring.

Styrofoam

Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu
pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini
membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam
yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan
karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat
dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu
mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang,
mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah,
lebih aman, serta ringan. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan
Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan
sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter
(EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada system endokrinologi dan reproduksi manusia akibat
bahan kimia karsinogen dalam makanan.

Selengkapnya.....

Senin, 04 Februari 2008

Sangat penting peran kaum perempuan dalam mengatasi masalah pemanasan global

LAPORAN : SALIM
JAKARTA - SURABAYAWEBS.COM

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Dr. Meutia Hatta Swasono mengatakan sangat penting penting peran kaum perempuan dalam mengatasi masalah pemanasan global yang terjadi sekarang ini. Posisi strategis kaum perempuan dalam mengatasi masalah pemanasan global dapat ditunjukkan dengan fenomena bahwa hampir semua pelaku pemalakan liar yang menggunduli hutan adalah kaum pria.

Hal itu diungkapkan Meutia Hatta saat memaparkan makalahnya berjudul Perubahan Iklim Global, Adaptasi dan Mitigasi yang disampaikan pada Konferensi Peran Perempuan Indonesia Dalam Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim yang digelar Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (27/11). Kegiatan simpatik guna mendukung kegiatan Global Warning di Bali itu dibuka Ibu Negara Ani Yudhoyono yang juga menghadirkan pembicara Menneg LH Rachmat Witoelar.

Lebih jauh Meutia Hatta menjelaskan bahwa dirinya tidak bermaksud mempersalahkan kaum pria dalam peran sertanya merusak lingkungan, namun alangkah lebih arifnya jika kaum perempuan dilibatkan dalam urusan menjaga lingkungan. Ia sangat yakin, jika kaum perempuan yang diberikan mandat mengelolah hutan dapat dipastikan tidak akan terjadi penggundulan hutan karena sifat-sifat kaum perempuan yang merawat dan menjaga kelestarian.

Menurutnya, sifat-sifat kaum perempuan yang suka akan keindahan tentu berupaya keras menjaga lingkungannya agar tidak rusak. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa memang sekarang ini sudah terjadi pergeseran nilai-nilai kearifan lokal dimana perempuan modern biasanya bertindak lebih praktis sehingga kadang terjadi pemborosan air, penggunaan deterjen berlebihan sehingga dapat juga merusak lingkungan seperti yang dilakukan kaum pria.

Untuk itu, ia mengatakan dalam kesempatan ini diharapkan dapat kembali memberikan kesempatan kepada sifat dasar perempuan yang suka memelihara. Dengan demikian, kaum perempuan dapat lebih menghemat air bersih, hemat listrik, jaga kebersihan lingkungan, dan mengatasi masalah sampah.

Ia mengatakan, sudah saatnya kaum perempuan bangkit sebagai peredam pemanasan global yang sudah sangat mengancam kehidupan manusia di muka bumi. Dari sini, program penanaman pohon yang dilakukan kaum perempuan harus ditingkatkan sehingga seluruh lingkungan menjadi hijau sebagai penampung air dimusim hujan dan tidak kekeringan di musim kemarau.

Menurutnya, sebenarnya peran ini bukan hanya dilakukan kaum perempuan tapi harus mulai ditularkan kepada lingkungan sekitarnya sehingga penggunaan bahan kimia dapat dihindari tapi lebih banyak menggunakan bahan alamiah seperti kompos untuk pupuk dan sebagainya. Dengan adanya kondisi lingkungan yang asri maka bukan saja menghindari terjadinya pemanasan global tapi juga dapat juga menjaga kebersihan yang pada akhirnya dapat mengusur banyak penyakit.

Ia juga mengatakan salut dengan keberhasilan kaum perempuan dalam bidang menjaga lingkungan seperti keberhasilan Pengabdi Lingkungan Ibu Endang Maryatun dari Yogyakarta juga pemenang Kalpataru Ibu Katrina Koni Kii seorang ibu dari Dusun Pokapaka Sumba Barat NTT. Ibu sederhana ini berhasil menghijaukan lahan kritis dengan tanaman kayu cendana, lame, ello, mahoni, dan johar.***

Selengkapnya.....

Jumat, 01 Februari 2008

Setulang Malinau Kalimantan Timur

Blog bagus tentang nusantara salut untuk penciptanya. anda bisa lihat tentang malinau di : http://pelosokmalinau.blogspot.com/


MALINAU adalah sebuah kota exotic di Hulu Kalimantan Timur, Indonesia. Perjalanan dari Tarakan 3 jam naik speedboat ke hulu sungai, berpenduduk kurang lebih 55 jiwa dengan kepadatan 1 jiwa/5 km. Sebagian besar daerah hutan asli.


Setulang, Malinau, Kalimantan timur, Badan Pengelola Hutan Tane’ Olen Setulang, pada Tahun 2003 mendapat penghargaan Kalpataru Sebab semua berawal dari sekadar semangat untuk mempertahankan sebuah hutan seluas 5.300 hektar di desanya. Kole beserta warga Setulang di Kabupaten Malinau sudah lelah dibujuk rayu oleh pihak investor pengekspor kayu. Tak kurang dari CV Gading Indah atau CV Wana Bakti mengincar lahan hutan desa yang kaya akan kayu. Ada sekitar delapan perusahaan yang sejak 1970-an berusaha mati-matian menjadikan hutan tersebut sebagai sumber kayu. Mulai dari bujuk rayu manis seperti iming-iming uang, sampai paksaan yang lumayan kasar sudah dialami warga Desa Setulang.

“Kami berkeras untuk tidak membiarkan mereka masuk ke hutan kami, sebab kami tahu bahwa hutan adalah sumber penghidupan,” tegas Kole yang putra asli Dayak Kenyah Uma’Lung ini. Dalam tradisi adatnya dikenal istilah tane olen , yakni suatu tanah atau hutan yang tidak boleh ditebang kecuali untuk kepentingan umum, misalnya pembangunan balai desa. Orang luar jelas-jelas tak boleh memasukinya, apalagi menebang. Desa Setulang yang berdiri pada 1968 ini dihuni oleh penduduk pindahan dari pedalaman sungai Sa’an di Apo Kayan. Dengan populasi penduduk 855 jiwa atau 208 kepala keluarga, hutan desa ini menjadi salah satu hutan primer tropis dataran rendah yang masih tersisa di dunia. Sebelum menerima Kalpataru, Desa Setulang juga menjadi salah satu finalis World Water Contest yang diselenggarakan di Kyoto, Jepang pada Maret 2003. Kontes ini memilih desa-desa di seantero dunia yang punya kegiatan berwawasan lingkungan dan berjuang dalam mengelola sumber daya airnya. Walau hanya menjadi finalis, Desa Setulang cukup berbangga, sebab tiga desa saja yang layak menjadi finalis dari 870 peserta. Dan Setulang merupakan satu-satunya finalis yang diwakili kaum petani.Kole sebagai kepala desa menuturkan, perjuangan mereka menampik para investor tak bisa dikatakan mudah. Tak jarang beberapa penduduk desa mulai terbujuk dengan rayuan diberi uang senilai miliaran. Tapi berkat kekompakan hukum adat dan tradisi yang mereka pegang teguh, akhirnya hutan mereka bisa dipertahankan. Ia juga sempat menggerakkan warga untuk unjuk rasa ke perusahaan investor ketika terjadi pelanggaran batas wilayah. Kira-kira dua tahun lalu, investor yang menggarap hutan desa tetangga, yakni Desa Setarap, sempat melewati batas desa hutan mereka. Saat itulah Kole bersama warganya melakukan protes memperjuangkan hutan mereka. Lelaki kelahiran 31 Desember 1956 ini hanya mengecap pendidikan sampai Sekolah Menengah Umum (SMU). Ia tak pernah membaca buku tentang lingkungan atau mengikuti pendidikan lingkungan. Tapi sejak kecil ia sudah tahu bahwa hutan adalah satu-satunya sumber penghidupan manusia yang tidak boleh dirusak. “Dari hutan kami dapat air bersih, buah-buahan, ranting pohon untuk membuat tas dan kerajinan tangan, bahan rempah serta obat. Jadi sudah selayaknya kami mempertahankan untuk anak cucu kami kelak,” jelasnya. Andai saja semua penduduk desa bersikap seperti Kole dan warganya, tentu hutan Indonesia tidak akan berakhir menjadi lahan tambang atau pemasok kayu ekspor.

( sumberSinar Harapan, Minggu, 2 September 2007,inset Rumah adat Setulang)



Selengkapnya.....

Samuel Ransmor

Berusaha Menghapus Bom Ikan di Biak


Samuel Ransmor tidak pernah pensiun sebagai "polisi". Sejak bergabung dalam kepolisian pada tahun 1960, ketika Papua masih di bawah pemerintahan Kerajaan Belanda, kemudian tahun 1990 pensiun dengan pangkat terakhir Sersan Mayor, dan hingga sekarang sebagai kepala desa, dia tetap serius untuk menegakkan hukum dan mengurangi kejahatan.

Sebagai orang Papua dari Desa Saba Warwe, Distrik Biak Timur, Kabupaten Biak Numfor, Samuel (62 tahun) tak pernah berhenti berusaha untuk mengajak warga setempat meninggalkan bahan peledak untuk menangkap ikan di perairan Biak, dan pulau-pulau di Padaido.

Ketika masih berseragam polisi, puluhan orang yang dia tangkap karena menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan. Mereka yang tertangkap diproses secara hukum, atau dibina untuk meninggalkan kebiasaan destructive fishing yang menghancurkan potensi alam setempat.

Masalahnya, kata dia, dalam satu percakapan di kantor Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHSATI), di Jakarta, Senin (7/6) lalu, di Biak terdapat begitu banyak bahan peledak peninggalan Amerika pada Perang Dunia Kedua. Ranjau-ranjau bertebaran di dasar laut, dan digunakan para nelayan untuk membuat bom ikan.

"Padahal satu bom akan merusak sekitar 30 meter persegi terumbu karang. Akibatnya, terumbu karang di sana rusak parah," kata dia didampingi istrinya, Esterlina Iroria. Samuel menceritakan bahwa perairan Biak dan Padaido merupakan tempat pemijahan ikan. Penggunaan bom dan juga potasium telah membuat rusak alam di sana.

Itu sebabnya, setelah pensiun dari polisi dengan jabatan terakhir Kapolsek Biak Timur, Samuel tak undur untuk menghapus bom dalam kegiatan menangkap ikan. Sebagai kepala desa, dia merintis upaya pelestarian dan pemanfaatan yang berkelanjutan di perairan itu. Dan dia mendapat bantuan dari berbagai lembaga termasuk KEHATI.

Yang dia lakukan pertama adalah pemetaan wilayah dan potensinya. Dia sempat belajar membuat peta di Nusa Laut, Saparua, Maluku Tengah. Untuk wilayah seluas 532 hektare di Desa Saba Warwe, sekarang dihasilkan delapan peta, antara lain peta permukiman, peta jenis tanah, peta marga, peta laut, peta pemanfaatan, dan peta batas luar, dan peta kekayaan hayati.

Peta itu menjadi informasi dasar untuk pengelolaan kekayaan alam yang berbasis komunitas setempat. Dari peta itu, Samuel bersama tokoh masyarakat dari adat dan agama (gereja) membuat peraturan untuk pelestarian dan pemanfaatan yang ramah lingkungan. Salah satu hasilnya adalah ditetapkannya peraturan desa dan aturan sasisen, lengkap dengan sanksi atas pelanggaran. Perangkat lembaga adat bertindak menjadi polisi yang menjaga ditaatinya aturan tersebut.

Dalam aturan itu, kata Samuel, antara lain ditetapkan sonasi atau wilayah konservasi, wilayah tangkap bersama, dan wilayah pemanfaatan terbatas. Alat-alat tangkap yang merusak dilarang, misalnya jaring mata satu (terlalu kecil), potasium, dan bahan peledak. Pelanggar akan dikenai denda berupa uang sampai Rp 10.juta dan piring antik. Untuk wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan sasisen, tidak boleh dimasuki selama satu tahun. Siapapun yang masuk akan kena denda Rp 2.500. Jika di kawasan itu, melakukan pelanggaran lain, maka denda akan ditambah sesuai aturan sanksi.

Sekarang ini di Desa Saba Warwe juga ada sekitar 20 pemuda yang telah memiliki keterampilan melakukan pemetaan. Dan mereka sedang membantu usaha serupa di desa lain. Samuel sendiri telah dipercaya untuk menjadi fasilitator untuk berbagai daerah.

Kalpataru
Dari usaha keras ini, Samuel bisa berlega hati, di perairan Saba Warwe dan Padaido, populasi ikan meningkat, bahkan jenis ikan yang sebelumnya nyaris punah mulai terlihat dan semakin banyak. Dengan begitu, dia berharap penduduk Desa Saba Warwe yang berjumlah sekitar 600 jiwa, bisa mendapat tangkapan ikan yang cukup untuk menghidupi mereka dan generasi berikutnya.

Pekerjaan Samuel pun memperoleh apresiasi dari banyak pihak. Hari Senin (7/6) lalu, dia dinyatakan sebagai penerima penghargaan Kalpataru untuk kategori Perintis Lingkungan. Penghargaan itu dia terima dari Presiden di Istana Negara. Dia mengungkapkan bahwa penghargaan ini diharapkan menjadi pendorong untuk mengembangkan pengelolaan alam yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan.

Apresiasi ini juga datang dari tingkat internasional, pertengahan Juni ini, Desa Saba Warwe akan menjadi tuan rumah lokakarya konservasi laut yang dihadiri wakil dari Asia Pasifik, seperti Guam, Fiji, Vanuatu, Papua Nugini, Filipina, dan Amerika Serikat.

Yang dia harapkan sekarang adalah bahwa peraturan pengelolaan sumber daya alam yang telah dibuat masyarakat bisa ditetapkan menjadi peraturan daerah (Perda). "Dan datangkanlah para ahli ke Biak, biar kami belajar untuk pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam secara baik," kata dia berharap.

Pembaruan/Sabar Subekti
--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 9/6/04

Diambil dari : http://www.suarapembaruan.com/News/2004/06/09/Lingkung/ling01.htm

Selengkapnya.....

Kamis, 31 Januari 2008

Rahmat Witoelar

Menteri Lingkungan Hidup ke-7 yang memulai masa pengabdiannya tahun 2004 ini lahir di Tasikmalaya pada tanggal 2 Juni 1941. Pendidikan terakhir beliau adalah lulus strata-1 tahun 1979 dari jurusan Arsitekur Institut Teknologi Bandung. Sebelumnya, jenjang pendidikan yang dilaluinya adalah lulus sekolah menengah dari SMA Kanisius Jakarta tahun 1961, SMP Van Lith, Jakarta tahun 1958, dan SD Lagere School, Voorburg, Netherland tahun 1955.

Sebelum menduduki posisi sebagai menteri, beliau adalah Duta Besar Luarbiasa dan Berkuasa Penuh untuk Rusia, Kazastan, Turkmenistan dan Mongolia di tahun 1993-1997. Selain itu, juga berperan sebagai Direktur Perencanaan Arsitek, Intermatrix tahun 1997-1999, dan Direktur, Biro Arsitek dan Perencanaan ATTRIA tahun 1970-1980.

Di bidang politik, menjadi Anggota DPR-RI pada periode: 1971-1977, 1977-1983, 1983-1988, 1988-1993. Tahun 1976-1977 menjadi Ketua Komisi V DPR-RI yang Membidangi pekerjaan umum, perhubungan dan pariwisata, dan pada periode 1977-1978 menjadi Ketua Komisi VI yang membidangi industri, pertambangan dan penanaman modal.

Pada tahun 1978-1983, beliau adalah Sekretaris Fraksi Golkar. Memimpin delegasi DPR-RI ke sidang-sidang internasional IPU (International Parliament Union) sepanjang 1977-1990, dan AIPO (Asian Inter Parliamentary Organization) sepanjang 1983-1991.

Pengalaman berorganisasi di luar birokrasi yang dijalani adalah sebagai: Ketua Himpunan Arsitektur, ITB tahun 1963-1964, Ketua Dewan Mahasiswa, ITB Th 1965-1966, Ketua Presidium Kesamaan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Bandung Th 1970, Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya (Golkar), Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi, Keanggotaan (OKK) tahun 1983-1988, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Golkar tahun 1988-1993, Anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), sejak tahun 1970.

Pada tahun 1985, beliau mendirikan Persatuan Sarjana Arsitek Indonesia (PSAI), sebagai Ketua Persatuan Olahraga Selancar Indonesia (Porelasi) dijalani sejak tahun 1976, Sekertaris Jenderal Persatuan Olahraga Tenis Lapangan (PELTI) tahun 1983-1988, Ketua Bidang Pembinaan, PELTI tahun 1988-1993, Mendirikan Indonesia Council of World Affairs (ICWA), 1998-sekarang, Sekretaris Jenderal, Barisan Nasional (Barnas) tahun 1998, dan sebagai President Twenty-third session of the UNEP Governing Council, serta sebagai ketua delegasi Indonesia pada Ministerial Environment Forum tahun 2005-2007.

Diambil dari : http://www.menlh.go.id/archive.php?action=info&id=1

Selengkapnya.....

Nabiel Makarim

Nabiel Makarim yang lahir di Solo pada tanggal 9 Nopember 1945 adalah Menteri Lingkungan Hidup ke-6 pada periode 2001-2004 yang merintis kariernya secara internal mulai dari Asisten Menteri Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1989-1992; dan Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL), 1992-1999.


Selain itu, beliau adalah Anggota Pengurus Harian, Yayasan Lembaga Konsumen, 1979-1982, Pembina ADIYASA, perguruan tinggi dalam bidang teknis mesin dan teknik lingkungan hidup di Solo, Jawa Tengah, Anggota Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Direktur Eksekutif, Nusantara Lestari, Jakarta, Mengajar pada Program S2 di Universitas Indonesia untuk mata pelajaran Ekonomi Lingkungan (1986-1989), Analis Kebijaksanaan Pemerintah, Harvard International Institute for Development, 1987-1989, Kepala Bagian Perencanaan, Data, dan Riset, PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung, 1976-1983, Staf Quality Control, PT Danapaint, Jakarta, Pollution Control Officer, Broadmeadows Health Department, Victoria, Australia, 1973-1974, Pemegang Saham dan Design Engineer untuk perusahaan design peralatan pengendalian pencemaran air di Victoria, Australia, 1972-1974, dan Assistant Plant Engineer, Mount Isa Mines, Queensland, Australia, 1972.

Gelar Master of Science in Management (MSM), Massachusetts Institute of Technologi (MIT), Massachusetts, Amerika Serikat, dengan konsentrasi bidang studi International Business, 1985, Master in Public Administration (MPA), Harvard University, Massachusetts, Amerika Serikat, dengan konsentrasi bidang studi International Trade, 1984, Pendidikan non-degree di Harvard University, Massachusetts, Amerika Serikat, dalam bidang ekonomi dan politik, 1986, Diploma Engineering Chemical (Dipl. Eng. Chem.), Swinburne College of Technology, Victoria, Australia, 1974, Institut Teknologi Bandung (ITB), menyelesaikan materi pelajaran semester satu dan dua di Bagian Tambang, sebelum menerima beasiswa untuk belajar di Australia;

Pendidikan informal yang pernah dijalani beliau adalah: Salmonella Detection in Food, training di Hawkesbury Agricultural College, New South Wales, 1973, MINAUT: Training di bidang pengambilan keputusan di LPPM, Jakarta, 1977, Manajemen Keuangan Untuk Manajer Bukan Keuangan, training di LPPM, Jakarta, 1981, berbagai training dalam bidang pelestarian lingkungan hidup di Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan Australia, 1979-1988, dan LEMHANNAS, Kursus Singkat Angkatan VI, 1996.

Diambil dari : http://www.menlh.go.id/archive.php?action=info&id=1

Selengkapnya.....

Alexander Sonny Keraf

Menteri Lingkungan Hidup ke-5 periode 1999-2001 ini lahir di Lamena-NTT tanggal 1 Juni 1958. Menyelesaikan pendidikan strata-1 pada Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara tahun 1988, strata-2 dan strata-3 pada Highet Institute of Philosophi Katholieke, Universiteid Leuven-Belgia pada tahun 1992.


Selain itu, beliau adalah Staf Pusat Pengembangan Etika dan Staf Pengajar Universitas Atmajaya sejak tahun 1988, dan Anggota Dewan Etika Indonesia Corruption Wathch. Pengalaman lain beliau adalah sebagai Staf Editor pada Penerbit Yayasan Obor Indonesia tahun 1985-1988.

Di bidang karya ilmiah, tulisan-tulisan beliau yang pernah diterbitkan antara lain: Pragmatisme Menurut William James (Kanisius-1985), Etika Bisnis (Kanisius, 1991), Pasar Bebas, Keadilan dan Peran Pemerintah, Telaah Atas Etika Politik Adam Smith (Kanisius, 1996), dan Hukum Kodrat dan Teori Hak Milik Pribadi (Kanisius, 1997).

Diambil Dari : http://www.menlh.go.id/archive.php?action=info&id=1

Selengkapnya.....

Panangian Siregar

Panangian Siregar menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup mulai 23 Mei 1998. Menteri Lingkungan Hidup ke-empat ini lahir di Tanjung Pinang pada tanggal 23 Mei 1936. Beliau adalah sarjana kedokteran dari Universitas Sumatera Utara tahun 1963. Selain mengikuti berbagai training, di antaranya adalah Penataran P-4 di tahun 1979, beliau juga mengikuti KSA-IV Lemhannas pada tahun 1994.


Sebelum menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup, beliau adalah Kepala Dinas Kesehatan merangkap Direktur Rumah Sakit Umum Sidikalang, Kabupaten Dairi-Sumut tahun 1964-1967. Tahun 1967-1968 menjadi Wakil Pengawas/Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara, dan pensiun dari PNS pada 11 Mei 1992.

Karier politiknya dimulai sebagai Ketua Golongan Nasionalis dan menjadi Anggota DPRD-GR Sumut di tahun 1967-1971 dan sejak 1971-1981 atau dalam 2 periode pemilihan umum menjadi Ketua Fraksi PDI DPRD Sumatera Utara sebelum menjadi Anggota DPR/MPR-RI di tahun 1982-1987.

Sederet karier politik lainnnya di lingkungan legislatif, di antaranya adalah: Wakil Ketua Fraksi PDI DPR-RI tahun 1982-1987, Wakil Sekretaris Fraksi PDI MPR-RI tahun 1982-1987, Wakil Ketua Komisi VII DPR-RI tahun 1982-1987, Wakil Ketua DPRD Sumatera Utara tahun 1987-1992, Wakil Ketua DPRD Sumatera Utara, Anggota MPR-RI tahun 1992-1997, Tim Asistensi Pimpinan Badan Pekerjaan MPR-RI tahun 1995-1997, Wakil Ketua PANWASLAKPUS (LPU-Pemilu 1997 dan 1995). Di tahun 1997, beliau menjabat sebagai Anggota DPR/MPR-RI, Wakil Ketua FPDI DPR/MPR-RI, dan Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI.

Diambil dari : http://www.menlh.go.id/archive.php?action=info&id=1

Selengkapnya.....

Juwono Sudarsono

Juwono Sudarsono adalah menteri ke-3 yang memimpin lembaga pengelola lingkungan hidup dalam waktu yang relatif singkat dalam tahun 1998. Lahir di Ciamis-Jawa Barat pada 5 Maret 1942. Beliau menyelesaikan gelar doctorandus di Universitas Indonesia pada tahun 1965. Tahun 1968, gelar Dpl. on International Law Academy Den Haag-Netherland. Pada tahun 1970, beliau menyelesaikan pendidikan di University of California-Berkeley. Sedangkan gelar Ph.D. diraih melalui London School of Economic and Political Science tahun 1978.


Karier di bidang akademis dimulai sebagai Asisten Ahli pada FISIP-UI mulai tahun 1968. Secara berjenjang di tahun 1971-1988 beliau menjadi Lektor Madya pada lembaga pendidikan yang sama. Karier selanjutnya di FISIP-UI berturut-turut adalah sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan tahun 1971-1973, Ketua Jurusan tahun 1973-1975, Pembantu Dekan Bidang Akademik tahun 1978-1981, Ketua Jurusan Hubungan Internasional tahun 1985-1988, dan menjadi Dekan FISIP-UI tahun 1988-1994. Sementara itu, beliau juga menjadi Peneliti Tamu Ilmu Politik pada Georgetown University-Washington DC tahun 1985 dan sebagai Guru Besar Tamu jurusan Hubungan Internasional pada Columbia University-New York di tahun 1986.

Sebagai tenaga akademik di lingkungan birokrasi, beliau menjadi Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Departemen Pertahanan dan Keamanan pada tahun 1995.

Aktivitas beliau di bidang organisasi antara lain sebagai anggota Korps Pegawai Republik Indonesia, Golongan Karya, Asosiasi Ilmu Politik Indoneia, Anggota Dewan Penasehat CIDES/ICMI, Dewan Penasehat Indonesian Council on World Affairs (ICWA) Jakarta, International Institute for Strategic Studies-London dan Utusan Golongan dari Fraksi Karya Pembangunan pada MPR-RI tahun 1997-2002.

Diambil Dari : http://www.menlh.go.id/archive.php?action=info&id=1

Selengkapnya.....

Sarwono Kusumaatmadja

Sarwono Kusumaatmadja adalah menteri ke-2 yang memimpin lembaga lingkungan hidup. Lahir di Jakarta pada 24 Juli 1943. Menyelesaikan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung pada tahun 1974 dengan gelar insinyur.


Sebelum menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembangunan VI di tahun 1993-1998, beliau adalah Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara pada Kabinet Pembangunan V tahun 1988-1993. Sedangkan karier menonjolnya di bidang politik dimulai ketika beliau menjadi anggota DPR-RI pada tahun 1971-1988, Anggota MPR tahun 1988 dan sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya (GOLKAR) pada tahun 1983-1988. Selain itu, beliau juga pernah menjadi Manggala BP-7 di tahun 1984 dan Ketua PELTI Bidang Organisasi di tahun 1986.

diambil dari : http://www.menlh.go.id/archive.php?action=info&id=1


Selengkapnya.....

Emil Salim

Emil Salim dapat dikatakan sebagai perintis yang membidani lahirnya lembaga pengelola lingkungan hidup di Indonesia. Sampai saat ini, beliau memiliki masa pengabdian terpanjang sebagai Menteri Lingkungan Hidup, yaitu sejak 1978-1993 atau selama 3 periode.



Emil Salim lahir di Lahat-Sumatera Barat pada 8 Juni 1930. Beliau menyelesaikan Doctorandus Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1958, dan gelar Master of Arts diraih pada tahun 1962 di Universitas Berkeley Amerika Serikat. Dua tahun kemudian, tepatnya 1964, beliau menyelesaikan Gelar Ph.D di universitas ini dengan disertasi: Institutional Structure and Economic Development.

Berbagai karier yang ditekuni Emil Salim antara lain sebagai Instruktur pada Fakultas Hukum dan Ilmu sosial Universitas Nasional Jakarta tahun 1956-1959. Pada tahun 1964-1972, beliau menjadi pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hingga meraih gelar Profesor pada tahun 1972. Pada tahun 1966, beliau juga menjadi pengajar pada SESPIM-ABRI di Bandung.

Karier politik yang dijalani adalah sebagai anggota DPR-MPR pada periode 1966-1968 dan 1972-1977. Pada tahun 1977-1982, beliau menjadi anggota DPR mewakili Sumatera Barat, dan mewakili Riau di 1982-1987, Beliau juga menjadi wakil masyarakat Sulawesi dari Golkar yang duduk di DPR-RI pada periode 1983-1998.

Karier beliau di bidang birokrasi dimulai sejak menjadi Deputi Bappenas pada tahun 1970-1971, dan menjadi Wakil Ketua Bappenas tahun 1971-1973. Karier sebagai Menteri dimulai pada tahun 1973-1978 sebagai Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara/Wakil Ketua Bappenas pada Kabinet Pembangunan II. Pada Kabinet Pembangunan III, beliau menjadi Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup di tahun 1978-1983. Beliau juga mendapat kepercayaan untuk memimpin Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembangunan IV dalam periode 1983-1988, yang dilanjutkan pada periode Kabinet Pembangunan V tahun 1988-1993.

Di kancah internasional, Emil Salim mendapat kepercayaan dari United Nations Environment Programme (UNEP) menjadi President Governing Council tahun 1984-1987. Pada periode yang sama juga menjadi anggota dari World Commission on Environment and Development-UNEP. Sedangkan di tingkat regional beliau pernah menjadi Vice President Advisory Committee on Population of the Sea (ACOPS) for South East Asia.

diambil dari : http://www.menlh.go.id/archive.php?action=info&id=1

Selengkapnya.....

Ully Sigar Rusady

Satu Lagi tokoh Indonesia yang masuk dalam kategori penyelamat lingkunga yaitu Ully Sigar Rusady.

Real Name Rulany Indra Gartika Rusady Wirahaditenaya
Name Ully Sigar Rusady
Birth Place Garut
Birth Date 04/01/52


ULLY SIGAR RUSADY memang sejak kecil menyukai alam. Tak ayal lagi kiprahnya pun banyak berkaitan dengan alam. Dari pemeliharaan alam sampai menjadikan hutan sebagai rumah kita. Berbagai penghargaan telah diterimanya, baik dari dalam maupun luar negeri.
Tidak hanya itu, kakak kandung artis Paramitha Rusady ini juga dikenal sebagai penyanyi yang konsen dengan tema lingkungan hidup. Hal ini guna mengajak masyarakat lebih mencintai dan peduli dengan alam sekitarnya. Kepeduliannya dengan perkembangan dunia juga tertuang dengan keterlibatannya sebagai anggota organisasi yang berorientasi untuk pengabdian alam serta lingkungannya. (19/01).

Achievement
  • Runner Up Festival Gitar Tunggal Pop Song seluruh Indonesia di Bandung 1975
  • Pendiri Yayasan Vidi Vici yang kini telah memiliki banyak cabang yang tersebar di beberapa kota di Indonesia 1979
  • Juara II Festival Pop Song Nasional (ASEAN II) 1982
  • Mendirikan Yayasan Garuda Nusantara yang berorientasi untuk pengabdian pada alam 1985
  • Mendapat tanda kehormatan Satya Lancana Pembangunan dari Presiden RI (Soeharto) 1996
  • Ketua Umum Harian Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) 1997
  • Penerima Penghargaan Asean Development Citra Awards 1999-2000
  • Menerima Penghargaan "Kalpataru" dalam kategori Pembina Lingkungan Hidup dari Menteri Negara Lingkungan Hidup dr. Sonny Keraf 2001
  • Mendapat "Certifikat of Merit" having become friends trough music best dresser prize di Tokyo pada Festival World Pop Song 1978
  • Finalis Festival Pop Song Nasional di Tokyo 1981
  • Finalis festival Pop Song Nasional (ASEAN III) 1983
  • Memperoleh Piagam Penghargaan Global 500 dari Badan PBB yaitu UNEP 1987
  • Penganugrahan Indonesia Award (1996) oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat 1997
  • Penganugrahan Citra Abadi Bahari Award dan Tokoh Pejuang Pembangunan Indonesia Penyelenggara Selaras Indonesia 1998
  • Memperoleh Tanda Kehormatan "Bintang Jasa Pratama" dari Presiden RI Abdurrahman Wahid dibidang Lingkungan Hidup 2000
Diambil dari :http://www.disctarra.com/developer/entertainment_artist_info.asp?artist_id=8488

Selengkapnya mengenai Ully Sigar Rusady ada di :
http://www.ullysigarrusady.com/

Selengkapnya.....

Iwan Fals

Iwan Fals Salah satu penyanyi yang banyak menyanyikan lagu-lagu lingkungan hidup dan Sosial, Sumbangsihnya untuk lingkungan Indonesia layak mendapat penghargaan salah seorang penyelamat lingkungan dari lagu-lagunya.

Selengkapnya mengenai Iwan fals di ambil dari :
http://id.wikipedia.org/wiki/Iwan_Fals

Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir 3 September 1961 di Jakarta) adalah seorang penyanyi beraliran balada yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia.

Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia (terutama Jakarta) di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya tetapi juga sejumlah pencipta lain.

Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.

Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke manca negara.[rujukan?]

Selengkapnya.....

Selasa, 29 Januari 2008

LP3ES

Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) adalah sebuah organisasi lembaga swadaya masyarakat (LSM) nonprofit yang pada awalnya adalah organisasi perkumpulan yang dibentuk dari kerjasama pembangunan internasional di sektor swasta. Ketika itu, sekelompok ekonom terkemuka dan kalangan intelektual Indonesia yang bergabung dalam Perhimpunan Indonesia untuk Pembinaan Pengetahuan Ekonomi dan Sosial (BINEKSOS ) yang dibentuk pada tanggal 7 Juli 1970, mengadakan kerjasama dengan lembaga Jerman FNS (Friedrich Naumann Stiftung). Dari kerjasama tersebut dibentuklah LP3ES pada 19 Agustus 1971, yang selanjutnya dikukuhkan melalui Keputusan Menteri Kehakiman Nomor. Y.A. 5/36/12, 22 Januari 1973. Sebagai salah satu LSM di Indonesia, LP3ES juga telah terdaftar di Direktorat Jenderal Sosial Politik , Departemen Dalam Negeri pada 26 September 1996.

LP3ES, yang didirikan tiga dasawarsa yang lalu (19 Agustus 1971) dikenal sebagai salah satu NGO terbesar di Indonesia, memiliki pengalaman dan kompetensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penerbitan, penelitian serta pendidikan politik dan sosial ekonomi. Sejak 1972, LP3ES menerbitkan jurnal-bulanan sosial dan ekonomi, Prisma, yang menjadi bacaan kalangan akademisi, mahasiswa, pejabat-pejabat di pemerintahan, tokoh-tokoh politik dan kelompok-kelompok strategis lainnya. Pemikiran dan analisis yang disajikan melalui jurnal Prisma dalam banyak hal telah dijadikan referensi bagi pengambil keputusan dan perencana pembangunan di Indonesia di samping menjadi bacaan kalangan intelektual dan pengajar universitas. Dibidang penerbitan, Sejak awal berdirinya LP3ES juga telah menerbitkan puluhan buku teks dan buku-buku umum (general readings) untuk kalangan mahasiswa dan perguruan tinggi, yang beberapa di antaranya telah dijadikan semacam bahan bacaan wajib di berbagai fakultas dan universitas serta lembaga-lembaga pendidikan tinggi lainnya

Sebagai NGO yang bergerak dalam bidang penelitian, LP3ES banyak berkecimpung dalam penelitian, studi kebijaksanaan dan riset aksi terutama yang berhubungan dengan kepentingan grass-root communities. Mulai penelitian tentang sektor informal, koperasi, industri kecil dan kerajinan rakyat, lembaga-lembaga pendidikan tradisional seperti pesantren, pendidikan non-formal, partisipasi petani, kesehatan ibu dan anak, lingkungan hidup, kajian tentang hubungan masyarakat dan negara dan lain sebagainya. Lahirnya institusi Badan Perencanaan Pembanguan Daerah (Bappeda) di seluruh Indonesia merupakan rekomendasi penelitian yang dilakukan LP3ES. Beberapa dari hasil penelitian tersebut dipresentasikan dalam berbagai diskusi dan seminar yang publikasikan secara luas oleh kalangan media pers. Bahkan beberapa hasil studi LP3ES juga dipublikasikan dalam bentuk buku.

Sejak kelahirannya, LP3ES juga banyak melakukan berbagai pendidikan dan pelatihan, baik untuk kalangan berpendidikan tinggi, kelompok-kelompok strategis maupun kalangan masyarakat lapis-bawah. Untuk kalangan yang berpendidikan tinggi dapat dikemukakan, misalnya, pendidikan metodologi penelitian untuk kalangan mahasiswa, pelatihan untuk pers mahasiswa dan jurnalistik radio, pelatihan untuk wartawan daerah, pelatihan untuk community organizers dan development workers, lokakarya bagi pemimpin-pemimpin NGO dan sebagainya. Untuk kalangan masyarakat lapis bawah, LP3ES telah menyelenggarakan pelatihan, misalnya, untuk berbagai kelompok masyarakat yang bergerak di sektor informal, industri kecil dan kerajinan rakyat, pre-cooperative, petani, dan sebagainya. Selain sukses dalam pengembangan kelembagaan petani seperti P3A (Perhimpunan Petani Pemakai Air) LP3ES juga tercatat berhasil mengembangkan lembaga pengembangan masyarakat, sebagai bagian dari peningkatan peran pesantren, dalam pengembangan ekonomi masyarakat (Biro Pengembangan Pesantren dan masyarakat -- BPPM) dan pengembangan koperasi pondok pesantren. Atas dukungan berbagai donor mulai akhir dasawarsa 1980-an LP3ES juga menyalurkan bantuan untuk mendukung pengembangan kapasitas institusional NGO-NGO kecil, lokal yang bergerak dalam bidang pengembangan sosial dan ekonomi masyaraka serta advokasi demokrasi dan HAM.

Diambil dari : http://www.lp3es.or.id/profil/proltr.htm

Selengkapnya.....

Jumat, 25 Januari 2008

ARTI KALPATARU

Kalpataru
Kalpataru berasal dari akar kata ‘kalp‘ yang berarti ‘ingin atau ‘keinginan‘, pohon yang dapat mengabulkan segala keinginan manusia yang memujanya.
Kalpataru berasal dari kata ‘kalpa‘ yang berarti ‘masa dunia‘, suatu periode yang sangat lama, yaitu periode antara penciptaan dan penghancuran dunia. Serta, ‘taru‘ yang berarti ‘pohon‘.

Kosakata KALPATARU dalam bahasa Sanskerta berarti pohon kehidupan. Lambang ini diambil dari Relief Candi Mendut,
relief Candi Mendut,

Jawa Tengah ini diangkat ke permukaan menjadi nama sebuah penghargaan di bidang lingkungan yang diberikan perorangan atau masyarakat yang telah menunjukkan kepeloporannya dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup. Pendahulu Bangsa Indonesia menorehkan pahatan KALPATARU untuk menggambarkan suatu tatanan lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang antara hutan, tanah, air, udara, dan makhluk hidup.

Salah satu prinsip pembangunan adalah berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Sejalan dengan itu, Pasal 10 huruf (i) UU No. 23 Tahun 1997, menyebutkan bahwa "dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah berkewajiban memberikan penghargaan kepada orang atau kelompok yang berjasa di bidang lingkungan hidup". Salah satu bentuk penghargaan tingkat nasional yang diberikan oleh Pemerintah adalah KALPATARU.

Penghargaan KALPATARU diberikan pada seseorang atau kelompok masyarakat yang telah menunjukkan kepeloporan dan memberikan sumbangsihnya di dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Sejak tahun 1980-2003, KALPATARU telah diberikan kepada 195 orang/kelompok yang terdiri dari 4 kategori, yaitu Perintis Lingkungan (57), Pengabdi Lingkungan (50), Penyelamat Lingkungan (64), dan Pembina Lingkungan (24).

Penyerahan KALPATARU dilakukan oleh Presiden R.I. setiap tahun bertepatan pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tanggal 5 Juni. Pemberian penghargaan ini juga dimaksudkan sebagai salah satu insentif dan stimulus untuk memotivasi inisiatif lokal, serta diharapkan memberikan "multiflier effect" pada perorangan atau kelompok masyarakat di daerah lain untuk berbuat yang sama pada lingkungannya.

diambil dari : www.menlh.go.id/kalpataru/DataWeb/KalpataruArti.htm

Selengkapnya.....